Pagi dan Kita Bertemu Lagi
Oleh Ayu Rahayu
Malam ini malam tahun baru, berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Aku menepikan diri di pedesaan, yang memang jauh dengan hingar bingar. Tapi biasanya memang tak benar-benar senyap. Seperti mala mini. Waktu menunjukan pukul 23.00 dan itu berarti satu jam lagi menuju pergantian tahun. Kami menonton televise, aku dan dua adikku diiringi Ibu. Sementara bapak entah kenapa tetiba ia ingin memancing. Mungkin karena di tahun baru ini, ia juga ingin makanan daging. Beberapa waktu ia telah habiskan di depan kolam pancingannya. Sementara aku, sibuk bertanya-tanya cekakak cekikik dengan kedua adikku. Aku dan adikku terheran-heran dengan kegiatan memancing bapak di malam hari.
“Memang ikannya bisa melihat tahu di malam hari?” tanya Tama, adikku yang pertama. Aku terdiam.
“Ya mungkin gak bisa, kan gelap. Bisa jadi lelenya bobo, males diganggu cuma untuk makan tahu”, celotehku menimpali.
”Coba kalau ikan jadi makanan pancingnya”.
“Yee…makan anaknya sendiri dong, tuh lele kanibal”.
Kami mengobrol mengunjingkan lele yang bakal memakan umpan dari bapakku atau tidak. Kami semua tertawa. Ternyata setelah beberapa menit bapak bersabar, rupanya umpan tak kunjung dimakan, dan bapak cuma dihinggapi nyamuk-nyamuk, ia seakan sudah menyedekahkan darah di badannya. Aku dan adikku yang lapar ya kami ingin cemilan, tapi pusat perbelanjaan telah tutup setelah pukul 20.00 malam. Di desa, pukul 20.00 malam, tak ada aktivitas apa pun, semua bunyi kiranya lesap. Karena lapar, aku berinsiatif mengambil beberapa kentang di dapur dan mengupasnya. Akhir tahun baru ini, aku mengupas kentang, sambil menonton film di salah satu stasiun televisi. Kami masih mencari film yang bagus. Adikku yang tak suka horor, kemudian memilihkan film action saja. Aku menurutinya.
Ku kupas perlahan kentang yang akan dimakan. Tugas adikku memotong, melumurinya dengan mazena, lada dan tentunya msg. Kita pun berbincang tentang tutorial versi Youtube untuk mengolah kentang goreng. Ya, hasilnya lumayan, meski tak seperti French Fries yang ada di toko cepat saji. Kami semua seolah melupakan ini ialah malam tahun baru. Sebab, cerita-cerita muram di tahun ini selalu menggelayuti kepala.
Tetiba dari luar ada suara bunyi petasan. Dan kita tahu, ini hanya akan berlangsung sebentar. Benar saja. Hanya ada tiga kali bunyi petasan. Kita mafhum semua hanya seolah melupa, pandemi yang masih merajalela.
“Kok cuma sebentar ya suara petasannya? Pasti uangnya eman buat beli petasan” sahut adik bungsu yang sedari tadi hanya mendengarkan kita berdua.
“Mungkin” jawabku pelan.
Kami pun menghabiskan malam dengan mengemil kentang goreng. Saat tiap pagi menjelang, lagi-lagi berita kematian berkumandang. Saat itu kita sadar, kematian begitu lekat.
Tulisan Lainnya
Buku Kejuruan
Simulasi Digital Semester 1 Download Simulasi Digital Semester 2 Download Animasi 2D Semester 1 Download Animasi 2D Semester 2 Download Pemograman
Buku Umum
Matematika Kelas X Download Matematika Kelas XI Download Bahasa Indonesia Kelas X Download Bahasa Indonesia Kelas XI Download Bahasa Inggri
Tepian pejuang wanita
Wanita asa buana Terlahir sebagai wanita jatmika nan anindya Memberikan sinar harsa bagi mereka Keberanian yang tak pernah hirap Seolah menjadi benteng untuk para wanita L
Pojok Kisah, Karya Defanza Ghifari
Dwi Safrianti; Sendiri di tengah Pandemi Dwi Safrianti akrab disapa Dwi, ialah seorang perempuan berusia 45 tahun. Ia berprofesi sebagai wanita karier, hingga kini ia masih melaj
Pojok Kisah, Karya Yasmin Fathia
Kisah Pengemudi Truk di Ibukota Terlihat waktu sudah menunjukkan pukul 15:00 sore. Pak Aris seorang supir truk menceritakan kehidupan keluarganya. Pak Aris Setiadi kelahira