Pojok Kisah, Karya Niya Annisa
Kisah Arbaiah ; Penjual Nasi Uduk
Kisahnya dimulai semenjak ia nekat merantau dari kampung halamannya di Babakan, Gunung Sari, Serang , Jawa barat pada tahun 1991. Saat itu ia berusia tujuh belas tahun, ia mulai bekerja menjadi penjual sepatu keliling, pembantu dan sempat menjadi tukang cuci keliling. Sekarang, pekerjaannya sebagai penjual nasi uduk di batas dua Kalisari, Pasar Rebo. Arbaiah atau kerap disapa Arba memiliki tinggi sekitar 150 cm dan terlihat gemuk. Ia sewaktu di wawancara memakai baju putih dan berkerudung merah, tak lupa dengan celemek yang menggantung di lehernya. Ia lahir di serang tanggal 4 mei 1974.
Sejak kecil, Arba sudah hidup mandiri dengan kedua adik laki-lakinya bernama Mulhat dan Muh. Ibu kandungnya sudah meninggal dunia semasa Arba masih kecil dan ayahnya menikah lagi dengan wanita lain. Dikarenakan, ia harus mencukupi kebutuhan adik-adiknya. Ia pun untuk mendapatkan makanan dengan mencuci piring atau membantu orang lain, tak jarang ia mengambil jeruk dan kacang panjang dari kebun pamannya.
Ketika tahun 1991 ia mulai merantau ke Jakarta, ia pun mulai menjadi penjual sepatu keliling hingga akhirnya bertemu dengan seorang lelaki yang bernama Yakub. Mereka saling tertarik dan memutuskan menikah. Yakub adalah duda beranak dua. Anaknya bernama Suaip (10) dan Sauri (7). Yakub berperawakan tinggi dengan kulit sawo matang dan rambut hitam, tak lupa dengan lesung di pipinya membuat siapa saja tertarik padanya.
Pekerjaan seorang Yakub ialah tukang Las, di Tanggerang. Saat menikah, mereka terpaut usia yang jauh. Yakub yang berusia 30 tahun dan Arbaiah yang berusia 17 tahun. Setelah menikah, Arbaiah melahirkan seorang anak laki-laki pertama bernama Muhammad Nur, pada tahun 1993, sayang, anak pertama itu meninggal. Hingga pada tahun 1995 lahirlah putri kedua Yakub dan Arbaiah bernama Nur Hayati. Arbaiah pun melahirkan lagi anak kembar laki-laki, tetapi meninggal juga. Barulah ia melahirkan putri terakhir bernama Annisa di tahun 2004.
Setelah menikah dan mempunyai anak, untuk mencukupi kehidupan sehari-harinya Arbaiah menjadi pembatu dan cuci keliling di tahun 2004-2008. Nelangsanya, Yakub di PHK, semua berubah dan menjadi hari-hari terburuk mereka. Sebab, saat itu Arba sedang mengandung anak terakhirnya, tapi sayangnya suaminya di PHK. Ia di PHK dari pabrik pembuatan tangki dan mesin mobil di Tangerang. Perusahaan itu mengalami karena kebangkrutan sehingga, beberapa karyawan harus di PHK termasuk Yakub dan ia juga menjadi korban hipnotis, sehingga biaya persalinan untuk anak terakhirnya hilang. Untungnya, mereka mempunyai sedikit tabungan yang tersisa dan bisa mencukupi biaya persalinan anak terakhirnya.
Kemudian, Arbaiah memutuskan untuk menjadi pembantu rumah tangga dan cuci keliling. Sadar bahwa kedua pekerjaan itu tidak cukup untuk kebutuhan ekonomi, ia pun berhenti. Pada tahun 2010, Arba mulai berjualan nasi uduk di depan jalan raya dekat rumahnya. Tepatnya di jalan batas II ia berdagang di situ. Ia mulai berdagang pukul 05.00-11.00 WIB. Sekarang, ia sudah sepuluh tahun menekuni pekerjaannya sebagai tukang nasi uduk tentunya dengan dibantu oleh suaminya. Arba menjual nasi uduk seharga Rp2000,00 dan untuk gorengan Rp250,00/ buah.
Pendidikan Arbaiah yang hanya lulusan SD menyulitkan ia untuk mendapat pekerjaan. Ia pun memulai peruntungan menjadi penjual nasi uduk. Arba memiliki modal Rp500.000,00-Rp1.000.000,00. Ia menceritakan, dahulu tidak banyak saingan, jadi perharinya ia bisa mendapatkan Rp500.000,00.
“Karena hanya itu yang saya bisa dan juga pendidikan saya terputus dari sejak SD, jadi ya tidak bisa apa-apa, selain berdagang nasi uduk,” jawabnya sambil menunduk kepala.
Lambat laun akhirnya ia tetap menetap berjualan di seberang jalan rara dekat rumahnya tepatnya di jalan Batas II kalisari Jakarta Timur. Ia pun mengungkapkan kesusahan mendapat tempat, karena sering sekali di suruh pindah oleh pemilik tanah. Bahkan, hampir pernah berdebat dengan satpol PP, karena masalah tepi jalan untuk pejalan kaki. Banyak sekali perubahan yang ia rasakan, dihidupnya semenjak menjadi pedagang nasi uduk. Dengan terus semangat dan pantang menyerah Arbaiah terus berjualan nasi uduk di pinggir jalan batas II, Kalisari.
Arbaiah yang tinggal bersama suaminya di Kalisari, Jakarta Timur. Dulu, rumah yang ditinggali Arbaiah dan keluarganya tidak sebagus sekarang. Dahulu, rumahnya banyak sekali atap yang bocor, memasak dengan perapian di kayu bakar, tempat tinggal yang sempit dan bisa dibilang sangat kotor, lantai yang masih terbuat dari ubin dan semen. Hal ini membuatnya banyak diberi cacian.
Ia kerap dihina karena ekonomi dan pendidikannya yang kurang. Tetapi Arba tidak menggubris perkataan mereka, ia terus berpikir positif. Oleh karena itu, Arbaiah terus bersemangat dan pantang menyerah. Berkat jualannya, di tahun 2017, Arbaiah dapat memperbaiki rumahnya jadi lebih baik lagi, bahkan sekarang mempunyai dua lantai. Atapnya sudah tidak bocor lagi, lebih luas, lebih nyaman, lantai keramik dan tidak lagi memasak di kayu bakar.
Sejak tahun 2012, Arbaiah pun mulai menabung di AR-RISALAH (yayasan) untuk menunaikan ibadah haji bersama suaminya. Dengan uang yang ia tabung Rp500.000,00/ bulan dari hasil berjualan nasi uduknya. Hingga akhirnya, ia bisa menunaikan ibadah haji di tahun 2020. Sayangnya, ada pandemi, jadi ditunda tahun depan 2021.
Berkat perkataan yang merendahkan pendidikannya, Arba seolah terpacu. Perkataan itu memberikannya semangat untuk belajar di Ar-Risalah. Yayasan inilah yang membuatnya menjadi ustadzah. Arba daftar di tahun 2016, ia terus menekuni pendidikannya itu. Hingga di tahun 2020, Arbaiah sudah lulus dan tinggal menunggu sidang. Arbaiah, wanita yang hanya lulusan SD bisa menjadi sarjana dengan gelar ustadzah. Sementara, dua putranya, Suaip menetap di Cibubur, sedangkan Sauri menjadi buruh di PT. Indomilk dan masih tinggal bersama Arba. Untuk kedua putri Arba, Nur Hayati berhasill lulus dari STIE Kusuma Negara dan bekerja di PT. Exitama sedangkan Annisa kerap menjadi juara di sekolahnya.
Sampai saat ini, Arba tetap berjualan nasi uduk di pinggir jalan batas II Kalisari, Jakarta Timur. Ia masih menyewa tempat untuk berdagang sebesar Rp150.000,00/ bulannya. Sekarang banyak yang menjadi saingannya, hal itu kerap kali membuat nasi uduk buatannya tersisa. Biasanya sisa dagangannya pun dibagikan kepada tetangga dan pedagang lainnya. Pengeluaran pun jadi lebih banyak dibanding pemasukan. Modal yang ia keluarkan dalam menjual nasi uduk adalah sebesar Rp500.000,00 untuk tiga hari, sedangkan sehari-hari ia mendapat untung Rp200.000,00 itu pun jika jualannya habis semua. Hingga kini, ia sering mengambil uang tabungannya untuk dijadikan modal.
Arbaiah mengungkapkan bahwa ia sudah menarik konsumen dengan cara menambahkan makanan yang telah di beli konsumen, bila konsumen membeli dagangannya lumayan banyak. Ia menjual nasi uduk seharga Rp5000,00 dan Rp10.000,00 sudah pakai telur dan gorengan. Arba juga menjual aneka macam gorengan dan makanan manis semua di jual dengan harga Rp1000,00/ buah. Sayangnya, sampai sekarang jualannya masih merugi. Dikarenakan, konsumen lebih tertarik membeli dipenjual lainnya. Meski begitu, Arba tetap bersyukur dan menekuni pekerjaannya.
Oleh: Niya Annisa
Sekolah: SMKN 64 Jakarta
1 Komentar
Komentari Tulisan Ini
Tulisan Lainnya
Buku Kejuruan
Simulasi Digital Semester 1 Download Simulasi Digital Semester 2 Download Animasi 2D Semester 1 Download Animasi 2D Semester 2 Download Pemograman
Buku Umum
Matematika Kelas X Download Matematika Kelas XI Download Bahasa Indonesia Kelas X Download Bahasa Indonesia Kelas XI Download Bahasa Inggri
Tepian pejuang wanita
Wanita asa buana Terlahir sebagai wanita jatmika nan anindya Memberikan sinar harsa bagi mereka Keberanian yang tak pernah hirap Seolah menjadi benteng untuk para wanita L
Pagi dan Kita Bertemu Lagi
Oleh Ayu Rahayu Malam ini malam tahun baru, berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Aku menepikan diri di pedesaan, yang memang jauh dengan hingar bingar. Tapi biasanya memang tak b
Pojok Kisah, Karya Defanza Ghifari
Dwi Safrianti; Sendiri di tengah Pandemi Dwi Safrianti akrab disapa Dwi, ialah seorang perempuan berusia 45 tahun. Ia berprofesi sebagai wanita karier, hingga kini ia masih melaj
Bagus kreatif kembangkan lagi buat cerita legenda asli tanah ibu pertiwi ...selamat ya